Sahabat Puskesmas, saya tulis kembali berdasarkan keprihatinan saya
kepada beberapa ibu dan suami tentunya tentang kurangnya pemahaman dan
keyakinan tentang pemberian ASI terutama ASI eksklusif 6 bulan.
Dan yang paling penting dari ASI eksklusif ini sebenarnya adalah
support para suami di mana dialah orang terdekat dari ibu bayi yang
dapat memberikan dukungan psikologis maupun materi kepada ibu menyusui
agar lebih percaya diri untuk memberikan ASI saja pada bayi 0-6 bulan.
Sehingga sekarang kita kenal dengan istilah “Breastfeeding Father”.
Dalam Al Qur an pun telah menyebutkan masalah menyusui seperti dalam surat Al Baqarah [2] ayat 233 : “Hendaklah para ibu menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi ingin menyempurnakan penyusuan”. Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anak-anaknya melalui payudara.
Dan yang termasuk kewajiban seorang ibu adalah tidak mengingkari
pentingnya hak anak untuk menikmati air susu dari payudara ibunya, bila
mampu dan tidak menolak memberikannya selama masa menyusui, bagi siapa
saja yang ingin menyempurnakan penyusuan, yakni dua tahun penuh sebelum
disapih. Sementara sang ayah juga berkewajiban untuk membantu istri yang
sedang menyusui, serta memenuhi segala hal yang dibutuhkan selama
menyusui anaknya.
ASI Ekslusif
Semua ibu dapat menyusui, hanya sedikit sekali ibu yang benar-benar
tidak dapat menyusui, sebagian besar ibu yang merasa tidak dapat
menyusui atau merasa ASI-nya kurang, sebenarnya hanya disebabkan karena
kurangnya pengertian tentang ASI dan kurang terampil dalam
menatalaksanakan menyusui yang benar.
Menyusui memang suatu proses alamiah, tetapi kita harus tahu
bagaimana cara menyusui yang benar. Ketrampilan untuk dapat menyusui
adalah suatu seni yang dapat dan harus dipelajari melalui pengamatan dan
pelatihan. Dengan penatalaksanaan yang benar, ASI dapat menjadi makanan
tunggal bagi bayi sampai berusia enam bulan. Hanya seorang ibu, dengan
dukungan dan pengertian penuh dari suami ibu dapat memberikan ASI
eksklusif kepada bayi.
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI, tanpa diberi tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air
putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberikan
makanan padat lain, seperti: pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, tim dan lain-lain. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka
waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan
sampai bayi berusia enam bulan (Utami Roesli, 2001).
Menurut Ali Khomsan 2007, tidak semua bayi beruntung bisa mendapatkan
ASI secara cukup. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa disalah satu kota
ditemukan 28 persen bayi yang disapih sebelum berumur satu tahun.
Alasannya adalah ASI berhenti, anak menolak menyusu, ibu menolak
menyusui dan karena ibu hamil lagi.
Bayi dapat mencapai pertumbuhan optimal apabila diberi ASI eksklusif
sampai usia 4-6 bulan, dan setelah itu tetap diberikan sampai usia 2
tahun dengan diberi tambahan makanan pendamping ASI.
Bayi yang kurang mendapatkan ASI berarti kurang berkesempatan untuk
mengembangkan kecerdasannya. ASI kaya akan asam lemak omega-3 dan
omega-6 yang sangat penting untuk mendukung kecerdasan seorang anak.
Bayi kurang ASI juga rentan untuk menderita infeksi, dan umumnya kurang
ASI berarti juga kurang belaian kasih sayang dari ibunya.
Dari segi ekonomi menyusui dengan ASI paling ekonomis karena sumber
daya ASI adalah karunia Tuhan yang tidak perlu dibeli. ASI adalah amanah
yang harus disampaikan kepada yang berhak yaitu anak-anak kita. Selain
itu suhu ASI selalu sesuai dengan suhu tubuh sehingga tidak terlalu
panas dan dingin. Penyiapan ASI tentu tidak serumit penyiapan susu
botol. Aspek higienitas ASI lebih terjamin daripada susu botol (Ali
Khomson, 2006).
Manfaat lain dari pemberian ASI yaitu perangsangan puting susu oleh
isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke dalam yang pada
gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak
penyebab ‘gendut’, kembali ke ukuran sebelum hamil. Dengan bantuan
senam, proses pelangsingan dapat dipecepat.
Jika ibu tidak berkenan menggunakan alat kontrasepsi artifisial,
pemberian ASI dapat menjadi alternatif kontrasepsi, namun dengan syarat
bahwa bayi hanya diberi ASI.
Pemberian ASI secara eksklusif akan merangsang sekresi hormon prolaktin dan oksitosin.
Hormon prolaktin berkemampuan menekan ovulasi (menghambat kegiatan
ovarium melalui penghambatan hormon Luceinzing sembari mengganggu
sekresi GRH – gonadotropin – releasing hormone) dan oksitosin berfungsi
memicu dan memacu inovulasi uterus (Arisman, 2004).
Segi positif lain dari pemberian ASI adalah :
- Menyusui mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
- Menyusui menghindarkan ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara.
- Mencegah timbulnya diabetes melitus pada masa bayi (anak-anak).
- Mencegah hipertensi pada anak-anak (Tuti Soenardi, 2004).
Produksi ASI (Air Susu Ibu)
Air susu ibu diproduksi dalam ‘alveolli’, pada bagian awal saluran
kecil air susu. Jaringan di sekeliling saluran-saluran air susu dan
alveoli terdiri dari jaringan lemak, jaringan pengikat tersebut
menentukan ukuran payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar dua
sampai tiga kali ukuran normalnya, dan saluran-saluran air susu serta
alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi.
Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam refleks, yaitu :
- Refleks produksi air susu (milk production reflex)
Bila bayi menghisap puting payudara, akan diproduksi suatu hormon yang
disebut prolaktin (prolactin) yang akan mengatur agar sel-sel dalam
alveolli memproduksi air susu. Air susu ini dikumpulkan dalam
saluran-saluran air susu.
- Refleks mengeluarkan (let down reflekx).
Hisapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang disebut oksitosin
(oxytocin), yang akan membuat sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi,
sehingga air susu didorong menuju puting payudara (Deddy Muchtadi,
2002).
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks. Selama
kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang akan menyiapkan jaringan
kelenjar (alveolli) untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai
menghisap ASI, akan terjadi dua refleks, yaitu refleks prolaktin dan
reffleks oksitosin yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat dan dalam
jumlah yang tepat. Pemahaman yang tepat mengenai refleks ini dapat
menerangkan mengapa dan bagaimana seorang ibu dapat memproduksi ASI.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa depan yang berada
di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
Sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI
dari gudang ASI (sinus lactiferus). Makin banyak ASI yang dikeluarkan
dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi.
Sebaliknya apabila bayi berhenti menghidap atau sama sekali tidak
memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI. Sehingga
apabila seorang ibu ingin menambah produksi ASI-nya, cara yang terbaik
adalah dengan merangsang bayi untuk menghisap lebih lama dan lebih
sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin sering ibu menyusui bayinya,
akan semakin banyak produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui,
makin berkurang jumlah produksi ASI-nya (Utami Roesli, 2001).
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa yang
terdapat didasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon ini
diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang oleh isapan
bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot
payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex).
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi
menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga
memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya
terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari
pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan
refleks prolaktin saja, akan tetapi harus dibantu oleh refleks
oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan
mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks
oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini
berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu
dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI (Utami Rusli, 2001).
Air Susu Ibu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu
pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum.
Banyaknya kolustrum yang disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100
cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah
hari kelima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga
seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi.
Tugas mengalirkan susu jangan dibebankan pada satu payudara saja.
Perlakuan berat sebelah ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi
payudara sebagai produsen ASI. Karena itu, kedua payudara sebaiknya
digilir masing-masing sekitar 7-10 menit. Selesai menyusui, payudara
dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering dalam udara selama 15
menit.
Jumlah produksi ASI, bergantung pada :
- Besarnya cadangan lemak yang tertimbun selama hamil dan dalam batas tertentu,
- Diet selama menyusui,
- Faktor lingkungan seperti perilaku masyarakat terhadap pemberian ASI,
- Persiapan peng-ASI-an,
- Kecanduan pada rokok dan alkohol,
- kesegeraaran memberikan ASI setelah melahirkan,
- Saat pemberian makanan lengkap,
- Penggunaan tablet KB.
Rata-rata volume ASI wanita berstatus baik sekitar 700-800 cc
sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 cc
(Jellife dan Jellife, 1966). Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan
pertama 750 cc sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul
sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650 dan 750 cc,
masing-masing pada hari V, bulan I dan III. Volume ASI pada 6 bulan
berikutnya menyusut menjadi 600 cc.
Namun demikian, status gizi tidak berpengaruh besar terhadap mutu
(kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikit
lebih rendah (Hambraeus dan Sjolin, 1970). Pendapat ini dapat digunakan
sebagai penjelasan kepada wanita yang enggan menyusukan bayi dengan
alasan status gizi mereka kurang baik (Arisman, 2004).
Dalam tata cara pemberian ASI, seorang bayi yang lapar biasanya
mengosongkan payudara pertama dalam beberapa menit. Seorang bayi yang
disusui atas permintaannya dapat menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24
jam. Sebagian besar ibu dan bayinya kemudian akan membuat jadwal rutin
dimana seorang bayi akan menyusu sebanyak 5-10 kali dalam sehari. Di
bawah kondisi normal, tidak ada makanan atau cairan lain yang diperlukan
oleh bayi selama beberapa hari pertama, meskipun bila produksi ASI
masih terbatas.
Pemberian susu botol akan mempengaruhi perkembangan daya isap si
bayi. Hanya apabila susu udara terlalu panas, berikanlah air matang yang
dingin dengan menggunakan sendok. Bayi yang normal mempunyai cadangan
zat-zat gizi dalam tubuhnya untuk menjalani masa ini.
Tetapi apabila bayi terlalu kecil atau sangat lemah, atau apabila
puting susu terluka, sejumlah kecil susu ekstra, bila memungkinkan ASI
dan ibu lain, harus diberikan bayi harus diteruskan menyusu pada ibunya
untuk mendorong produksi ASI. Sebagai pilihan kedua, sejumlah kecil air
matang ditambah gula atau maju dapat diberikan dengan menggunakan sendok
yang bersih. Air tajin, mentega dan makanan-makanan lain yang secara
tradisional diberikan pada bayi, jangan digunakan (Deddy Muchtadi,
2002).
Bagi teman2 yang sudah ASI eksklusif alhamdulillah Ayo lanjutkan,
bagi yg belum ayo kita niatkan untuk ASI eksklusif pada anak2 kita kelak
yakinlah pasti bisa! dan bisa! karena manfaat yang luar biasa.
Source:http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/kenapa-harus-asi-ekslusif-6-bulan.htm#.VkH2SF72RqA