PIS-PK PUSKESMAS KALITENGAH

Implementasi pendekatan keluarga untuk mencapai Indonesia Sehat sudah dilakukan oleh banyak Kabupaten/Kota, termasuk oleh Kab. LAMONGAN.

YUKs Cegah Penyakit Dengan "CERDIK"!

Cek,Enyahkan,Rajin,Diet,Istirahat,Kendalikan.....cekidot !!!

KESEHATAN DIMULAI DARI DIRI SENDIRI

Kesehatan bukan segala-galanya, tanpa kesehatan segalanya tidak berarti

KENAPA HARUS ASI EKSKLUSIF ?

Hendaklah para ibu menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.

Tuesday, November 10, 2015

CONTACT CENTER

SETIAP KRITIK DAN SARAN MEMBANGUN SANGAT KAMI HARAPKAN, GUNA PERBAIKAN DAN PENINGKATAN MUTU PELAYANAN UNTUK MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA SEHAT, UNTUK ITU KAMI PERSILAHKAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK TURUT MEMBERIKAN SUMBANGSIHNYA BERUPA IDE ATAU GAGASAN YANG PRODUKTIF, INOVATIF, AKUNTABLE DAN DAPAT MEMBERIKAN SOLUSI BAGI MASALAH KESEHATAN DI INDONESIA KHUSUSNYA WILAYAH KECAMATAN KALITENGAH.

CONTACT :  085 791 903 682 - 085 854 576 271 (chat WhatsApp) 
EMAIL       :   puskes.kalitengah@gmail.com

KENAPA HARUS ASI EKSKLUSIF ?

Sahabat Puskesmas,  saya tulis kembali berdasarkan keprihatinan saya kepada beberapa ibu dan suami tentunya tentang kurangnya pemahaman dan keyakinan tentang pemberian ASI terutama ASI eksklusif 6 bulan.
Hasil gambar untuk ASI EKSKLUSIF
Dan yang paling penting dari ASI eksklusif ini sebenarnya adalah support para suami di mana dialah orang terdekat dari ibu bayi yang dapat memberikan dukungan psikologis maupun materi kepada ibu menyusui agar lebih percaya diri untuk memberikan ASI saja pada bayi 0-6 bulan. Sehingga sekarang kita kenal dengan istilah “Breastfeeding Father”.
Dalam Al Qur an pun telah menyebutkan masalah menyusui seperti dalam surat Al Baqarah [2] ayat 233 : “Hendaklah para ibu menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi ingin menyempurnakan penyusuan”. Seorang ibu berkewajiban untuk menyusui anak-anaknya melalui payudara.
Dan yang termasuk kewajiban seorang ibu adalah tidak mengingkari pentingnya hak anak untuk menikmati air susu dari payudara ibunya, bila mampu dan tidak menolak memberikannya selama masa menyusui, bagi siapa saja yang ingin menyempurnakan penyusuan, yakni dua tahun penuh sebelum disapih. Sementara sang ayah juga berkewajiban untuk membantu istri yang sedang menyusui, serta memenuhi segala hal yang dibutuhkan selama menyusui anaknya.
ASI Ekslusif
Semua ibu dapat menyusui, hanya sedikit sekali ibu yang benar-benar tidak dapat menyusui, sebagian besar ibu yang merasa tidak dapat menyusui atau merasa ASI-nya kurang, sebenarnya hanya disebabkan karena kurangnya pengertian tentang ASI dan kurang terampil dalam menatalaksanakan menyusui yang benar.
Menyusui memang suatu proses alamiah, tetapi kita harus tahu bagaimana cara menyusui yang benar. Ketrampilan untuk dapat menyusui adalah suatu seni yang dapat dan harus dipelajari melalui pengamatan dan pelatihan. Dengan penatalaksanaan yang benar, ASI dapat menjadi makanan tunggal bagi bayi sampai berusia enam bulan. Hanya seorang ibu, dengan dukungan dan pengertian penuh dari suami ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi.
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI, tanpa diberi tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun. Selain tambahan cairan, bayi juga tidak diberikan makanan padat lain, seperti: pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan (Utami Roesli, 2001).
Menurut Ali Khomsan 2007, tidak semua bayi beruntung bisa mendapatkan ASI secara cukup. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa disalah satu kota ditemukan 28 persen bayi yang disapih sebelum berumur satu tahun. Alasannya adalah ASI berhenti, anak menolak menyusu, ibu menolak menyusui dan karena ibu hamil lagi.
Bayi dapat mencapai pertumbuhan optimal apabila diberi ASI eksklusif sampai usia 4-6 bulan, dan setelah itu tetap diberikan sampai usia 2 tahun dengan diberi tambahan makanan pendamping ASI.
Bayi yang kurang mendapatkan ASI berarti kurang berkesempatan untuk mengembangkan kecerdasannya. ASI kaya akan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang sangat penting untuk mendukung kecerdasan seorang anak. Bayi kurang ASI juga rentan untuk menderita infeksi, dan umumnya kurang ASI berarti juga kurang belaian kasih sayang dari ibunya.
Dari segi ekonomi menyusui dengan ASI paling ekonomis karena sumber daya ASI adalah karunia Tuhan yang tidak perlu dibeli. ASI adalah amanah yang harus disampaikan kepada yang berhak yaitu anak-anak kita. Selain itu suhu ASI selalu sesuai dengan suhu tubuh sehingga tidak terlalu panas dan dingin. Penyiapan ASI tentu tidak serumit penyiapan susu botol. Aspek higienitas ASI lebih terjamin daripada susu botol (Ali Khomson, 2006).
Manfaat lain dari pemberian ASI yaitu perangsangan puting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke dalam yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak penyebab ‘gendut’, kembali ke ukuran sebelum hamil. Dengan bantuan senam, proses pelangsingan dapat dipecepat.
Jika ibu tidak berkenan menggunakan alat kontrasepsi artifisial, pemberian ASI dapat menjadi alternatif kontrasepsi, namun dengan syarat bahwa bayi hanya diberi ASI.
Pemberian ASI secara eksklusif akan merangsang sekresi hormon prolaktin dan oksitosin.
Hormon prolaktin berkemampuan menekan ovulasi (menghambat kegiatan ovarium melalui penghambatan hormon Luceinzing sembari mengganggu sekresi GRH – gonadotropin – releasing hormone) dan oksitosin berfungsi memicu dan memacu inovulasi uterus (Arisman, 2004).
Segi positif lain dari pemberian ASI adalah :
  1. Menyusui mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
  2. Menyusui menghindarkan ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara.
  3. Mencegah timbulnya diabetes melitus pada masa bayi (anak-anak).
  4. Mencegah hipertensi pada anak-anak (Tuti Soenardi, 2004).
Produksi ASI (Air Susu Ibu)
Air susu ibu diproduksi dalam ‘alveolli’, pada bagian awal saluran kecil air susu. Jaringan di sekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli terdiri dari jaringan lemak, jaringan pengikat tersebut menentukan ukuran payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar dua sampai tiga kali ukuran normalnya, dan saluran-saluran air susu serta alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi.
Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam refleks, yaitu :
  1. Refleks produksi air susu (milk production reflex)
    Bila bayi menghisap puting payudara, akan diproduksi suatu hormon yang disebut prolaktin (prolactin) yang akan mengatur agar sel-sel dalam alveolli memproduksi air susu. Air susu ini dikumpulkan dalam saluran-saluran air susu.
  2. Refleks mengeluarkan (let down reflekx).
    Hisapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang disebut oksitosin (oxytocin), yang akan membuat sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting payudara (Deddy Muchtadi, 2002).
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang akan menyiapkan jaringan kelenjar (alveolli) untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks, yaitu refleks prolaktin dan reffleks oksitosin yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat dan dalam jumlah yang tepat. Pemahaman yang tepat mengenai refleks ini dapat menerangkan mengapa dan bagaimana seorang ibu dapat memproduksi ASI.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa depan yang berada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (sinus lactiferus). Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi.
Sebaliknya apabila bayi berhenti menghidap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI. Sehingga apabila seorang ibu ingin menambah produksi ASI-nya, cara yang terbaik adalah dengan merangsang bayi untuk menghisap lebih lama dan lebih sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, makin berkurang jumlah produksi ASI-nya (Utami Roesli, 2001).
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa yang terdapat didasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon ini diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex). Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI (Utami Rusli, 2001).
Air Susu Ibu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum. Banyaknya kolustrum yang disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi.
Tugas mengalirkan susu jangan dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai produsen ASI. Karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing sekitar 7-10 menit. Selesai menyusui, payudara dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering dalam udara selama 15 menit.
Jumlah produksi ASI, bergantung pada :
  • Besarnya cadangan lemak yang tertimbun selama hamil dan dalam batas tertentu,
  • Diet selama menyusui,
  • Faktor lingkungan seperti perilaku masyarakat terhadap pemberian ASI,
  • Persiapan peng-ASI-an,
  • Kecanduan pada rokok dan alkohol,
  • kesegeraaran memberikan ASI setelah melahirkan,
  • Saat pemberian makanan lengkap,
  • Penggunaan tablet KB.
Rata-rata volume ASI wanita berstatus baik sekitar 700-800 cc sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 cc (Jellife dan Jellife, 1966). Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama 750 cc sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650 dan 750 cc, masing-masing pada hari V, bulan I dan III. Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut menjadi 600 cc.
Namun demikian, status gizi tidak berpengaruh besar terhadap mutu (kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikit lebih rendah (Hambraeus dan Sjolin, 1970). Pendapat ini dapat digunakan sebagai penjelasan kepada wanita yang enggan menyusukan bayi dengan alasan status gizi mereka kurang baik (Arisman, 2004).
Dalam tata cara pemberian ASI, seorang bayi yang lapar biasanya mengosongkan payudara pertama dalam beberapa menit. Seorang bayi yang disusui atas permintaannya dapat menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Sebagian besar ibu dan bayinya kemudian akan membuat jadwal rutin dimana seorang bayi akan menyusu sebanyak 5-10 kali dalam sehari. Di bawah kondisi normal, tidak ada makanan atau cairan lain yang diperlukan oleh bayi selama beberapa hari pertama, meskipun bila produksi ASI masih terbatas.
Pemberian susu botol akan mempengaruhi perkembangan daya isap si bayi. Hanya apabila susu udara terlalu panas, berikanlah air matang yang dingin dengan menggunakan sendok. Bayi yang normal mempunyai cadangan zat-zat gizi dalam tubuhnya untuk menjalani masa ini.
Tetapi apabila bayi terlalu kecil atau sangat lemah, atau apabila puting susu terluka, sejumlah kecil susu ekstra, bila memungkinkan ASI dan ibu lain, harus diberikan bayi harus diteruskan menyusu pada ibunya untuk mendorong produksi ASI. Sebagai pilihan kedua, sejumlah kecil air matang ditambah gula atau maju dapat diberikan dengan menggunakan sendok yang bersih. Air tajin, mentega dan makanan-makanan lain yang secara tradisional diberikan pada bayi, jangan digunakan (Deddy Muchtadi, 2002).
Bagi teman2 yang sudah ASI eksklusif alhamdulillah Ayo lanjutkan, bagi yg belum ayo kita niatkan untuk ASI eksklusif pada anak2 kita kelak yakinlah pasti bisa! dan bisa! karena manfaat yang luar biasa.

Source:http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/kenapa-harus-asi-ekslusif-6-bulan.htm#.VkH2SF72RqA

DIRI SENDIRI SEHAT, MASYARAKAT IKUT SEHAT

Hidup Sehat harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan dan masyarakat secara umum. Lingkungan yang tidak sehat membawa dampak kepada pola pikir, pola tindak dan pola sikap tidak sehat, dan manusia tidak terlepas dari penyakit. Untuk itu mari kita berlomba-lomba menjaga dan meningkatkan kesehatan kita masing-masing
          Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dicapai melalui berbagai cara, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pelayanan kesehatan yang baik dan benar.
          Kebijakan pelayanan kesehatan yang tepat ini diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan program kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

       Melalui perancangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan yang benar, diharapkan mampu mengendalikan dan memperkuat peran stakeholders guna menjamin kontribusi secara maksimal, menggali sumber daya potensial, serta menghilangkan penghalang pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Kesehatan adalah aset paling berharga yang dimiliki manusia. Sepintar apapun, sekaya apapun, jika tidak sehat, manusia tidak dapat beraktivitas dan menjalani hidupnya dengan baik. Pentingnya kesehatan membuat bidang ilmu kesehatan masyarakat menjadi sangat krusial bagi kemajuan bangsa. Mahasiswa kesehatan masyarakat dapat memberi kontribusi yang cukup penting terhadap kesehatan masyarakat Indonesia. Bagaimana caranya? Kontribusi kepada masyarakat Indonesia sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat dapat terjadi mulai dari dalam diri masing-masing pribadi dan menyebar kepada masyarakat sekitar. Pertama, kontribusi dapat dimulai dari dalam diri sendiri. Banyak hal yang harus kita kerjakan, mulai dari belajar, berkaya, hingga hal yang paling sederhana yaitu hidup sehat. Diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di bidang yang sangat krusial bagi masa depan bangsa seharusnya membuat kita termotivasi luar biasa untuk belajar. Seperti ungkapan dari Steve Jobs yang mengatakan, ‘Stay hungry, stay foolish’, kita sebagai pelajar tidak boleh puas atau kenyang terhadap pengetahuan. Kita harus terus merasa bodoh agar kita terus-menerus belajar. Selama masih ada kesempatan, kita sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat harus terus belajar sebanyak-banyaknya untuk memajukan kesehatan bangsa. Segala daya yang kita punya—pengetahuan, keterampilan, bakat—menuntut kita untuk berkarya. Karya-karya yang kita hasilkan adalah bukti bahwa kita belajar tidak hanya untuk melahap teori mentah-mentah. Karya adalah aplikasi nyata dari teori yang telah kita pelajari, dapat berupa sistem, produk makanan sehat, dan lain-lain. Sebagai aplikasi, karya harus bermanfaat dan dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, sudah seharusnya kita hidup sehat. Bagaimana mau membuat masyarakat sehat jika kita sendiri tidak sehat? Menjaga diri tetap sehat bukan hal yang dapat dicapai semudah membalikan telapak tangan. Kesehatan harus ditumbuhkan dan dipelihara dengan telaten. Caranya memang sederhana, tapi membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan. Misalnya, olahraga tiga kali seminggu, minum susu setiap hari, makan buah atau minum jus buah setiap pagi, makan tepat waktu (makanan 4 sehat 5 sempurna) tiga kali sehari, tidak makan sembarangan di pinggir jalan, meminimalisasi konsumsi junk food dan fast food, tidur tidak larut malam, minum air minimal dua liter setiap hari, dan masih banyak lagi. Semua itu terlihat sederhana dan mudah. Namun, seringkali kita melanggar hal-hal mudah tersebut dengan alasan malas, repot, atau tidak ada waktu. Kita sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat yang sudah mempunyai pengetahuan yang lebih dari cukup untuk hidup sehat seharusnya menerapkan semua pengetahuan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadi contoh nyata bagi masyarakat di sekitar kita. Orang-orang di sekeliling kita dapat melihat pola hidup kita yang sehat dan positif dan akan mengadopsinya. Kita dapat memancarkan kebiasaan hidup sehat kita kepada orang lain hanya dengan mulai hidup sehat dari diri kita sendiri. Kedua, kontribusi dapat berupa penyebaran informasi kepada masyarakat. Di zaman yang semakin modern ini, ada berjuta cara untuk menyebarkan informasi positif kepada masyarakat. Cara-cara yang selama ini telah dilakukan adalah penyuluhan di desa-desa, seminar tentang kesehatan dan gizi, bakti sosial, dan lain sebagainya. Ada juga beberapa cara-cara penyebaran informasi yang mudah melalui dunia maya, yaitu melalui sosial media, blog, website, dan e-mail. Jika setiap mahasiswa mengelola satu buah blog sajayang memberikan informasi kesehatan terhadap masyarakat, akan ada banyak sekali informasi positif bagi masyarakat di dunia maya. Selain itu, dengan tingginya peningkatan pengguna sosial media di Indonesia, jika kita menyebarkan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat melalui sosial media, tentu akan ada peningkatan kesehatan yang tinggi pula di kalangan masyarakat Indonesia. Jadi, sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kita pertama harus mulai dari diri sendiri dengan belajar, berkarya, dan hidup sehat baru kemudian menyebarkannya kepada masyarakat melalui media, terutama media internet. Hal ini dilakukan sebagai kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia terutama dalam bidang kesehatan.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wdhestina/mulai-dari-diri-sendiri_552848c56ea834513c8b4574
            

Kesehatan adalah aset paling berharga yang dimiliki manusia. Sepintar apapun, sekaya apapun, jika tidak sehat, manusia tidak dapat beraktivitas dan menjalani hidupnya dengan baik. Pentingnya kesehatan membuat bidang ilmu kesehatan masyarakat menjadi sangat krusial bagi kemajuan bangsa.  masyarakat dapat memberi kontribusi yang cukup penting terhadap kesehatan masyarakat Indonesia. Bagaimana caranya? Kontribusi kepada Negara Indonesia sebagai  masyarakat dapat terjadi mulai dari dalam diri masing-masing pribadi dan menyebar kepada masyarakat sekitar.
Pertama, kontribusi dapat dimulai dari dalam diri sendiri. Banyak hal yang harus kita kerjakan, mulai dari belajar, berkaya, hingga hal yang paling sederhana yaitu hidup sehat.
Diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di bidang yang sangat krusial bagi masa depan bangsa seharusnya membuat kita termotivasi luar biasa untuk belajar. Seperti ungkapan dari Steve Jobs yang mengatakan, ‘Stay hungry, stay foolish’, kita sebagai pelajar tidak boleh puas atau kenyang terhadap pengetahuan. Kita harus terus merasa bodoh agar kita terus-menerus belajar. Selama masih ada kesempatan, kita sebagai  masyarakat harus terus belajar sebanyak-banyaknya untuk memajukan kesehatan bangsa.
Segala daya yang kita punya—pengetahuan, keterampilan, bakat—menuntut kita untuk berkarya. Karya-karya yang kita hasilkan adalah bukti bahwa kita belajar tidak hanya untuk melahap teori mentah-mentah. Karya adalah aplikasi nyata dari teori yang telah kita pelajari, dapat berupa sistem, produk makanan sehat, dan lain-lain. Sebagai aplikasi, karya harus bermanfaat dan dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia.
Sebagai  masyarakat, sudah seharusnya kita hidup sehat. Bagaimana mau membuat masyarakat sehat jika kita sendiri tidak sehat? Menjaga diri tetap sehat bukan hal yang dapat dicapai semudah membalikan telapak tangan. Kesehatan harus ditumbuhkan dan dipelihara dengan telaten. Caranya memang sederhana, tapi membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan. Misalnya, olahraga tiga kali seminggu, minum susu setiap hari, makan buah atau minum jus buah setiap pagi, makan tepat waktu (makanan bergizi seimbang) tiga kali sehari, tidak makan sembarangan di pinggir jalan, meminimalisasi konsumsi junk food dan fast food, tidur tidak larut malam, minum air minimal dua liter setiap hari, dan masih banyak lagi. Semua itu terlihat sederhana dan mudah. Namun, seringkali kita melanggar hal-hal mudah tersebut dengan alasan malas, repot, atau tidak ada waktu.
Kita sebagai  masyarakat yang sudah mempunyai pengetahuan yang lebih dari cukup untuk hidup sehat seharusnya menerapkan semua pengetahuan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadi contoh nyata bagi masyarakat di sekitar kita. Orang-orang di sekeliling kita dapat melihat pola hidup kita yang sehat dan positif dan akan mengadopsinya. Kita dapat memancarkan kebiasaan hidup sehat kita kepada orang lain hanya dengan mulai hidup sehat dari diri kita sendiri.
Kedua, kontribusi dapat berupa penyebaran informasi kepada masyarakat. Di zaman yang semakin modern ini, ada berjuta cara untuk menyebarkan informasi positif kepada masyarakat. Cara-cara yang selama ini telah dilakukan adalah penyuluhan di desa-desa, seminar tentang kesehatan dan gizi, bakti sosial, dan lain sebagainya. Ada juga beberapa cara-cara penyebaran informasi yang mudah melalui dunia maya, yaitu melalui sosial media, blog, website, dan e-mail. Jika setiap masyarakat mengelola satu buah blog saja yang memberikan informasi kesehatan terhadap masyarakat, akan ada banyak sekali informasi positif bagi masyarakat di dunia maya. Selain itu, dengan tingginya peningkatan pengguna sosial media di Indonesia, jika kita menyebarkan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat melalui sosial media, tentu akan ada peningkatan kesehatan yang tinggi pula di kalangan masyarakat Indonesia.
Jadi, sebagai  masyarakat, kita pertama harus mulai dari diri sendiri dengan belajar, berkarya, dan hidup sehat baru kemudian menyebarkannya kepada masyarakat melalui media, terutama media internet. Hal ini dilakukan sebagai kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia terutama dalam bidang kesehatan.



Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wdhestina/mulai-dari-diri-sendiri_552848c56ea834513c8b4574